Ketemu lagi para hamba Tuhan yang dimulian oleh-NYA. Seperti pada pokok bahasan terakhir mengenai ”Potensi Diri”, disitu kami mencoba mengajak para pembaca untuk mengenal diri kita sendiri. Karena Hijab (dinding pembatas) kita dengan hal-hal yang ghaib ada pada diri kita sendiri.
Untuk membuka hijab tersebut, kita perlu menata diri kita agar terhindar dari penyakit hati. Penyakit hati banyak penyebabnya. Untuk itu mari kita bahas satu persatu.....
Sesuai dengan judul di atas coba kita mengambil pesan dari Ibnu Athaillah yang berbunyi ” Tenangkanlah jiwamu dari urusan duniawi, sebab apa yang telah dijanjikan Allah, janganlah kamu turut memikirkannya”
Kegundahan hati ini pada umumnya disebabkan karena permainan pikiran yang selalu was-was, selalu mengkhawatirkan kejadian-kejadian yang tidak enak yang bakal menimpa kita kelak.
Manusia yang hatinya tidak tenang pada umumnya terlalu mencemaskan hal-hal yang bakal terjadi besok hari, lusa, setahun kemudian, atau masa depannya. Kecemasan ini terjadi akibat perasaan tidak ingin mengalami hal-hal yang tidak beruntung dalam hidupnya. Pada hal kejadian buruk yang dipikirkan belum tentu bakal terjadi.
Orang-orang yang mempunyai mata hati yang tajam akan selalu berpegang pada Surat Ath Thalaq ayat 3, yang artinya ” Barangsiapa yang mau bertawakal (berserah diri) kepada Allah, pasti DIA akan selalu mencukupi kebutuhannya.”
Dengan berpedoman pada ayat di atas, dengan begitu seorang hamba tidak sibuk mengurusi urusan Allah yang kita (manusia) sendiri tidak pernah mengetahuinya, apakah benar-benar hal itu akan terjadi atau tidak pada dirinya.
Kita telah berikrar bahwa kita adalah seorang hamba-NYA. Maka haruslah kita bisa menempatkan diri kita sebagai hamba-NYA. Yang mana seorang hamba tidak mempunyai hak untuk ikut campur urusan Tuannya. Jika seorang hamba masih ikut campur (intervernsi) urusan-NYA, maka tentu hal itu adalah sikap yang tidak tahu diri atau sikap itu adalah tidak sopan.
Seorang hamba haruslah percaya sepenuh hati bahwa Allahlah yang menetapkan cara dan sarana penghidupan untuk memenuhi kebutuhan makhluk-NYA. Sabda Rasullulah saw. ”Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sepenuh hati, pasti kamu akan mendapatkan rejeki seperti rejekinya burung yang ketika pagi meninggalkan sarang perutnya kosong, ketika sore hari pulang ke sarang perutnya penuh.” [HR. At Turmidzi].
Oleh karena itu, kewajiban kita adalah mengikuti kehendak-NYA dengan senang dan dengan itikad yang baik. Khusyuklah dalam menjalankan ibadah secara benar. Jadilah hamba yang baik, yang patuh dan tak pernah sibuk memikirkan urusan-NYA.
Cobalah kita lihat makhluk ciptaan Allah yang bernama cecak. Padahal dia sangat lemah dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengejar rejekinya. Bayangkan, binatang cecak tidak bisa terbang, tetapi makanannya berupa nyamuk yang pandai terbang. Cecak hanya merayap di dinding dan menanti nyamuk datang mendekat. Meskipun demikian, perut cecak tidak pernah kosong. Allah swt. menjamin binatang yang lemah itu dengan rejeki atas kehendak-NYA.
Demikianlah paparan kali ini, kesimpulannya kita harus dapat membersihkan mata hati kita, jangan sampai mata hati kita ini buta atau sakit. Berusahalah, untuk hasilnya kita serahkan kepada-NYA. Semoga kita termasuk orang orang yang selalu mendapatkan keselamatan dari-NYA. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar